Sabtu, 27 Desember 2008

Mendiagnosa Penyakit dengan Air Mata

Air mata, yang lazimnya merupakan ungkapan rasa sedih atau bahagia, sekarang ini bukan lagi hanya sekedar tangisan untuk mengungkapkan perasaan-perasaan itu sebab penelitian telah menunjukkan bahwa suatu hari nanti dokter bisa menggunakan air mata untuk mendiagnosa penyakit.

Kemungkinan ini ditunjukkan oleh Nicholas Stone dan Jacob Filik di Rumah Sakit Gloucester Royal, Inggris, dengan menggunakan sebuah teknik yang disebut coating deposition Raman (DCDR) spectroscopy untuk mendeteksi perubahan-perubahan konsentrasi protein dalam kadar mikroliter yang ditemukan pada air mata manusia. Seperti yang dijelaskan oleh Stone, "infeksi menyebabkan komposisi protein dalam cairan tubuh berfluktuasi, sehingga pendeteksian perubahan-perubahan kecil pada konsentrasi protein, penting untuk diagnosis penyakit."

Pola-pola pengeringan air mata diketahui berbeda jika terdapat infeksi dan ini telah digunakan dalam diagnosis penyakit, tetapi metode DCDR selangkah lebih maju dengan menganalisis protein-protein individual untuk menunjukkan secara pasti penyakit apa yang dialami. DCDR memekatkan larutan, memindahkannya ke sebuah substrat dengan aliran kapiler, sehingga membuat lebih mudah untuk mendapatkan spektra Raman-nya. Larutan lemah terus bertambah oleh cairan dari pusat dan terkonsentrasi dengan pola pengeringan yang khas pada saat pelarut menguap. Stone mampu menggunakan metode ini untuk mendeteksi perubahan-perubahan konsentrasi yang kecil dalam campuran lisozim, laktoferrin dan albumin, yang mewakili 95% protein yang ditemukan dalam air mata.

Andrew Berger, seorang ahli di bidang optik biomedis di Universitas Rochester, US, mengatakan bahwa "penelitian ini menunjukkan bahwa DCDR bisa menjadi alat yang bermanfaat untuk kimiawan analitik. Spektroskopi Raman memiliki spesifitas yang tinggi, tetapi sinyal yang dihasilkan sering terlalu lemah. Yang menarik dalam penelitian ini adalah bahwa sebuah proses penguapan sederhana bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan sinyal tersebut, sehingga membuka peluang untuk berbagai aplikasi baru."

Tetapi Stone mengingatkan bahwa "ada beberapa tantangan yang harus di atasi sebelum DCDR bisa digunakan secara meyakinkan untuk diagnosis penyakit. Ini mencakup penentuan apakah teknik ini cukup sensitif untuk mendeteksi perubahan cairan yang disebabkan oleh penyakit dan bagaimana zat non-protein dan kontaminasi dalam sampel mempengaruhi hasil." Dia menambahkan bahwa juga ada "kesulitan dalam mencari penyakit mana yang paling cocok untuk pendeteksian dini dan terdapat begitu banyak perubahan protein sistematis yang harus dideteksi."

(dikutip dari: Soetrisno, http://www.chem-is-try.org/?sect=artikel&ext=163)

Tidak ada komentar: