Sabtu, 22 November 2008

Diagnosis Tuberkulosis Lebih Dini

Diagnosis tuberkulosis dengan lebih cepat tidak lama lagi akan terwujud, demikian kata para ilmuwan dari India dan Jepang.

Bansi Malhotra dari National Physical Laboratory di New Delhi, India dan rekan-rekannya telah membuat sebuah alat pendeteksi yang cepat, teliti, dan efisien untuk digunakan.

Menurut WHO, tuberkulosis membunuh hampir 3 juta orang setiap tahun. Pasien mengalami cedera pada paru-paru, tulang dan sistem saraf pusat. Teknik-teknik pendeteksian yang ada sekarang, seperti reaksi rantai polimerase (PCR) dan imunoasai, walaupun sensitif, bisa memerlukan waktu beberapa jam sampai beberapa hari dalam pelaksanaannya dan memerlukan biaya yang mahal. Uji diagnostik yang lebih cepat dan lebih murah mutlak diperlukan, kata Malhotra.

Bakteri penyebab penyakit, M. tuberculosis, bisa dideteksi dalam waktu sekitar 12 menit.

Sensor yang dibuat oleh Malhotra mendeteksi DNA bakteri M. tuberculosis yang menyebabkan penyakit. Apabila sebuah sampel darah yang mengandung bakteri ini melewati sensor, DNA bakteri terikat ke urutan-urutan nukleotida komplementer yang ditempatkan di sebuah permukaan emas. Ini menyebabkan perubahan sifat optik yang bisa dideteksi dengan menggunakan resonansi plasmon muka.

Alat ini sangat sensitif, dia bisa mendeteksi DNA M. tuberculosis tanpa penguatan dengan PCR atau pencucian yang cermat, sehingga mengurangi waktu pendeteksian menjadi hanya sekitar 12 menit. Malhotra mengatakan bahwa tahap selanjutnya adalah membuat sebuah sensor komersial untuk sampel-sampel klinis dan memperkecilnya untuk penggunaan dalam perawatan. Tetapi penelitian ini tidak berhenti sampai disini: "Teknik ini memiliki implikasi untuk diagnosis penyakit-penyakit lain, seperti kolera, dan infeksi-infeksi yang ditularkan secara seksual seperti Neisseria gonorrhoeae," paparnya.

(dikutip dari: Soetrisno, http://www.chem-is-try.org/?sect=artikel&ext=172)

Tidak ada komentar: